![]() |
Demo Ojol Memanas: Apa Tuntutan Mereka dan Kenapa Masih Terus Terjadi? |
Pajalahya.com - Hai, teman-teman pembaca setia! Pasti kalian sudah sering dengar, bahkan mungkin ikut merasakan dampaknya, tentang demo driver ojol yang belakangan ini kembali memanas. Jalanan Jakarta sempat riuh dengan suara aspirasi para pahlawan jalanan ini. Tapi, sebenarnya apa sih yang mereka inginkan dan kenapa aksi ini terus berulang? Yuk, kita bedah tuntas biar lebih paham!
Pemicu Utama: Jeritan Hati Para Driver Ojol
Bukan tanpa sebab, serangkaian demo ini lahir dari ketidakpuasan mendalam para driver ojek online. Mereka merasa ada ketidakadilan yang harus segera diperbaiki. Nah, ini dia beberapa tuntutan utama yang terus disuarakan:
1. Regulasi Jelas Harga Mati: Minta Payung Hukum!
Ini adalah poin krusial! Para driver mendesak pemerintah, khususnya Presiden Prabowo Subianto, untuk segera menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) atau undang-undang yang mengatur transportasi online. Kenapa penting? Karena selama ini, mereka merasa hanya mengandalkan Keputusan Menteri yang dirasa belum cukup kuat. Mereka butuh kepastian hukum agar nasib mereka tidak lagi terombang-ambing.
2. Bagi Hasil Adil: 90% Driver, 10% Aplikator!
Inilah yang paling sering bikin kuping panas! Driver ojol menuntut pembagian hasil yang lebih adil, yaitu 90% untuk driver dan hanya 10% untuk aplikator. Mereka menganggap potongan komisi aplikator saat ini (yang bisa mencapai lebih dari 20%) sangat memberatkan. Bayangkan saja, sudah capek di jalan, eh, potongan besar pula! Tuntutan ini berdasarkan Kepmenhub KP 1001 tahun 2022 yang seringkali dilanggar aplikator.
3. Tarif Pengantaran Barang dan Makanan Wajib Diatur!
Pernah dengar driver ojol dapat orderan dengan ongkir cuma Rp 2.500? Ya, itu nyata! Mereka mengeluhkan tarif pengantaran barang dan makanan yang seringkali tidak masuk akal. Ini membuat pendapatan mereka makin tipis. Maka dari itu, pemerintah dituntut untuk segera campur tangan dan menetapkan regulasi tarif yang layak untuk layanan ini.
4. Audit Investigatif Terhadap Aplikator: Bongkar Habis!
Agar tidak ada lagi praktik "nakal" dari pihak aplikator, para driver mendesak pemerintah untuk melakukan audit investigatif menyeluruh. Tujuannya, untuk memastikan semua perusahaan aplikator patuh pada regulasi dan beroperasi secara transparan.
5. Hapus Sistem Curang: Kembalikan Keadilan!
Beberapa sistem yang diterapkan aplikator seperti "aceng", slot, hub, multi-order, membership, dan sistem pengkotak-kotakan dianggap sangat merugikan driver. Mereka ingin sistem-sistem yang memaksa driver membayar untuk orderan, atau adanya diskriminasi dalam pembagian order, dihilangkan. Intinya, semua driver ingin diperlakukan setara dan kembali menjadi reguler tanpa diskriminasi.
Kenapa Demo Terus Berulang? Ini Alasannya!
Mungkin ada yang bertanya, "Kok demo terus, sih?" Nah, ada beberapa alasan kuat di balik aksi berulang ini:
Potongan Aplikator "Nakal": Ini menjadi biang kerok utama. Potongan komisi yang jauh di atas batas regulasi membuat para driver geram.
Pendapatan Kian Menurun: Jumlah driver ojol yang terus bertambah, ditambah orderan yang tidak stabil, dan potongan besar, otomatis membuat penghasilan harian mereka merosot drastis.
Pemerintah Kurang Tegas: Driver merasa pemerintah kurang gereget dalam menindak aplikator yang melanggar aturan.
Hubungan Mitra yang Pincang: Meski disebut "mitra", hubungan antara aplikator dan pengemudi dinilai tidak seimbang, cenderung berat sebelah dan merugikan pihak driver.
Dampak Demo Ojol: Siapa Saja yang Kena Imbasnya?
Tentu saja, aksi besar-besaran ini punya dampaknya sendiri:
Pelayanan Masyarakat Terganggu: Sulitnya memesan ojol, mengantar anak sekolah, atau membeli makanan/barang menjadi keluhan utama masyarakat.
Potensi Kerugian Ekonomi Ratusan Miliar: Ketika driver melakukan "offbid" massal, perputaran uang dari layanan ojol terhenti, berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi yang tak sedikit. Driver sendiri juga kehilangan pendapatan harian mereka.
Kemacetan Lalu Lintas: Konsentrasi massa demo di pusat kota tentu saja memicu kemacetan yang panjang.
Respons Pemerintah dan Aplikator: Bagaimana Kelanjutannya?
Sejauh ini, tanggapan dari pemerintah masih dinilai belum memuaskan oleh para driver. Mereka menuntut respons yang lebih konkret dari Kementerian Perhubungan dan langsung dari Presiden. Walaupun ada wacana kenaikan tarif ojol, driver menganggap itu tidak akan menyelesaikan masalah jika potongan aplikator tetap tinggi.
Bagaimana dengan aplikator?
Grab Indonesia menyatakan dukungan terhadap inisiatif pemerintah dan sedang mengkaji tuntutan bagi hasil 90:10. Namun, mereka juga mengisyaratkan penyesuaian layanan bisa terjadi.
Gojek menegaskan terus membuka komunikasi dengan mitra driver dan bahwa tuntutan bagi hasil 10% bukanlah satu-satunya solusi.
Maxim mengimbau para mitranya untuk tetap beroperasi seperti biasa.
Ancaman Aksi Lanjutan: Sampai Kapan?
Para driver ojol menegaskan bahwa aksi 21 Juli 2025 bukanlah yang terakhir. Mereka mengancam akan melakukan aksi demo yang lebih besar dan bergelombang di seluruh Indonesia, bahkan hingga akhir tahun, jika tuntutan mereka tidak segera direalisasikan. "Aksi 217 bukan aksi terakhir, Agustus hingga Desember 2025 kami akan turun aksi massa secara bergelombang," tegas mereka.
Semoga artikel ini bisa memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perjuangan para pahlawan jalanan ini. Kira-kira, menurutmu bagaimana solusi terbaik untuk mengatasi masalah ini?